Hilirisasi menjadi salah satu langkah pemerintah untuk mendongkrak realisasi investasi di Tanah Air. Dengan target investasi yang terus meningkat setiap tahun, maka porsi investasi dari hilirisasi diharapkan semakin besar guna menopang langkah pemerintah mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Edy Junaedi mengatakan, pemerintah akan meningkatkan porsi hilirisasi dari total keseluruhan realisasi investasi. Pemerintah sudah memiliki peta jalan (roadmap) hilirisasi yang berisi 28 komoditas unggulan dengan target investasi hingga USS 618,1 miliar atau sekitar Rp 9 ribu triliun. Dalam roadmap ditargetkan hilirisasi akan dilakukan secara berkala hingga tahun 2040. Namun, pemerintah mengupayakan agar investasi dari hilirisasi ini bisa dipercepat. “Memang itu potensi sampai 2040, tetapi kalau bisa kita percepat. Misalnya dari tahun 2025 sampai tahun 2040 ada jarak 15 tahun. Bukan berarti nanti yang sampai 2040 baru kita selesaikan Rp 9 ribu triliun itu, mudah-mudahan pada lima tahun pertama paling tidak separuhnya bisa kita tuntaskan,” ungkap Edy di Jakarta pada Senin (18/11/2024). Dia mengatakan dalam beberapa tahun terakhir realisasi investasi dari hilirisasi berada pada kisaran 20-22% dari total realisasi investasi. Pada kuartal III-2024 realisasi investasi dari hilirisasi sebesar Rp 272,91 triliun atau 21,9% dari total realisasi investasi. Pemerintah akan menargetkan peran dari hilirisasi bisa meningkat hingga 50% dari total realisasi investasi. “Kita harapkan nanti di 2025 ini kontribusi sektor hilirisasi ini bisa 40% sampai 50%. Tentunya nanti yang potensi sekitar Rp 9 ribu triliun bisa kita tarik ke lima tahun pertama (2025-2030),’ tutur Edy. Investasi menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi terbesar. Dalam jangka panjang pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Dalam Rencana Pemerintah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2024-2029, target tersebut akan tercapai pada 2027 dengan realisasi investasi sebesar Rp 2.684 triliun. “Kenapa ditetapkan tinggi seperti ini? Karena ini memang salah satu engine ekonomi yang mempercepat pencapaian pertumbuhan ekonomi 8% berasal dari investasi,” kata Edy. Dalam lima tahun ke depan pemerintah menargetkan realisasi investasi mencapai Rp 13.528 triliun. Dari realisasi investasi tersebut diharapkan dapat menyerap 3,4 juta tenaga kerja. “Dengan kalkulasi seperti ini menjadikan investasi dan tambahan hilirisasi di dalamnya menjadi engine ekonomi, yang diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Edy. Sementara itu, pihaknya mengendalikan realisasi investasi sebesar Rp 694 triliun yang akan dicapai melalui program quick win. Bila dirinci program quick win akan dilakukan dalam bentuk smelter (Rp 254 triliun); kawasan industri hijau (Rp 230 triliun), pertanian dalam bentuk hilirisasi tebu dan bioetanol (Rp 83 triliun); ekosistem kendaraan listrik dan pendukungnya (Rp 49 triliun); pulp and paper (Rp 41 triliun); pendukung pertanian (Rp 25 triliun); dan kawasan pelabuhan (Rp 12 triliun). Dia mengatakan, untuk meningkatkan hilirisasi akan dilakukan secara sinergis dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait. Pemerintah akan mengoptimalkan kebijakan fiskal sebagai stimulus untuk mendorong hilirisasi. Beberapa kebijakan fiskal yang sudah dijalankan adalah tax holiday dan tax allowance. “Nantinya ada kebijakan-kebijakan fiskal juga yang didorong. Bagaimana perbankan bisa membiayai smelter yang sekarang biayanya sangat tinggi dan besar,” tutur dia. Banyak Potensi Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Investasi, Hilirisasi dan Lingkungan Hidup Kadin Indonesia Bobby Gafur Umar mengatakan, Indonesia memiliki banyak potensi dari hilirisasi, khususnya yang terkait dengan ekosistem kendaraan listrik. Dengan adanya potensi pertumbuhan ekonomi dari sektor terkait energi dari sisi pertanian, perkebunan, kehutanan. Indonesia punya cadangan cukup banyak untuk bisa bermain sebagai salah satu negara dengan keunggulan energi hijau dunia. ‘Selain minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) kita punya banyak bahan baku dari limbah singkong, tebu, jagung yang belum termanfaatkan,” terang dia. Sebelumnya, Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Infrastruktur Minyak dan Gas (Migas) Anggawira menjelaskan, strategi hilirisasi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto akan meneruskan program hilirisasi Presiden Joko Widodo dengan penekanan lebih kuat pada peningkatan nilai tambah dan penciptaan lapangan kerja. Salah satu strategi utamanya adalah meningkatkan sinergi antara industri hulu dan hilir, terutama melalui investasi di sektor-sektor yang lebih beragam, tidak hanya bergantung pada mineral dan tambang. “Akan ada perbaikan kebijakan, seperti insentif fiskal yang lebih adaptif, reformasi perizinan yang mempercepat waktu proses investasi, dan peningkatan infrastruktur pendukung, seperti pelabuhan dan jalur transportasi ke sentra industri,” papar Anggawira. Sedangkan untuk menarik minat investor berinvestasi di bidang hilirisasi, pemerintah akan mengembangkan paket insentif baru yang lebih menarik bagi investor, seperti tax holiday yang diperluas dan fleksibel, khususnya bagi industri yang memiliki teknologi tinggi atau inovatif. “Selain itu, akan dilakukan peningkatan transparansi dan stabilitas regulasi untuk memberikan kepastian investasi jangka panjang, serta perbaikan ekosistem investasi melalui deregulasi birokrasi,” ungkap Anggawira. Nama Media: Investor Daily Narasumber: Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM Edy Junaedi