Indonesia dinilai masih potensial sebagai jujukan ekspansi investor. Kemarin (7/11) perusahaan global Delta Electronics mengumumkan ekspansi bisnisnya di Indonesia. Lewat kolaborasi dengan distributor lokal, PT Delta Electronics Indonesia berniat menyasar beberapa segmen bisnis seperti data center, manufaktur, energi terbarukan, dan infrastruktur EV (electric vehicle).
JAKARTA – Indonesia dinilai masih potensial sebagai jujukan ekspansi investor. Kemarin (7/11) perusahaan global Delta Electronics mengumumkan ekspansi bisnisnya di Indonesia. Lewat kolaborasi dengan distributor lokal, PT Delta Electronics Indonesia berniat menyasar beberapa segmen bisnis seperti data center, manufaktur, energi terbarukan, dan infrastruktur EV (electric vehicle).
Country Manager PT Delta Electronics Indonesia Johnny Tam menegaskan bahwa pihaknya akan terus berkolaborasi dengan para mitra sambil memperluas keterlibatannya dengan lembaga pemerintahan dan mitra bisnis. “Kami membidik investasi yang berkelanjutan untuk menjadi solusi dan mitra Indonesia mendorong sustainability. Kami melihat Indonesia punya potensi market yang sangat besar, baik dari sisi manufaktur maupun dari sisi industri otomotif,” ujar Johnny di sela-sela brand launching di Jakarta kemarin (7/11).
Dia menyatakan, Delta Electronics sejatinya bukan nama baru di Indonesia. Sebab, selama kurang lebih 20 tahun, perusahaannya ‘berperan menjadi pemasok industri telekomunikasi di bidang data center dan infrastruktur energi.
Selain itu, sambung Johnny, Delta telah membangun ekosistem EV di Indonesia melalui kemitraan strategis dengan para pemain lokal. PT Delta Electronics sebelumnya mendukung mobilitas elektronik bagi para tamu negara dengan mengimplementasikan pengisi daya kendaraan listrik pada KTT G20 Bali 2022. “Pada KTT Ke-43 ASEAN di Jakarta, Delta Electronics juga menggunakan pengisi daya untuk memfasilitasi transportasi bagi para petinggi negara Asia Tenggara,” bebernya.
Johnny menegaskan, PT Delta Electronics Indonesia akan mendorong keberlanjutan pada smart city, data center, otomasi, dan infrastruktur energi serta menguatkan kerja sama dengan sektor swasta dan pemerintah. “Termasuk untuk potensi pengembangan smart city IKN itu juga merupakan potensi yang patut dijajaki dan peluang itu tentu terbuka kemungkinannya,” tegasnya.
Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat perkembangan pesat dalam industri manufaktur nasional dengan penyerapan tenaga kerja mencapai 18,82 juta orang hingga akhir semester I 2024. Angka itu mencerminkan pertumbuhan signifikan di sektor tersebut yang terus memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi Indonesia.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin Andi Rizaldi mengatakan, selama periode semester I 2024, ekspor dari sektor manufaktur telah mencapai 3/4 dari total ekspor nasional, setara dengan lebih dari USD 9 miliar. “Penyerapan tenaga kerja di sektor ini sudah mencapai lebih dari 18,82 juta orang,” ujar Andi.
Andi menjelaskan, sektor manufaktur masih menjadi penyumbang terbesar bagi produk domestik bruto (PDB) di antara sektor ekonomi lainnya seperti kesehatan, pariwisata, dan perdagangan. “Kontribusi industri pengolahan non migas terhadap PDB mencapai 17,47 persen dengan pertumbuhan manufaktur sebesar 4,64 persen. Juga, kontribusi terbesar dalam penerimaan pajak yang mencapai 26,90 persen,” kata Andi.
Nama Media: Jawa Pos
Narasumber: Country Manager PT Delta Electronics Indonesia, Johnny Tam. Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri Kemenperin, Andi Rizal