PT Daikin Industries Indonesia (DIID) mengeluarkan investasi sebesar Rp 3,3 triliun untuk pabrik AC yang berlokasi di Greenland International Industrial Center (GUC), Cikarang. Pabrik ini merupakan pabrik AC full-scale pertama di Indonesia yang seluruh proses mulai dari pengolahan bahan baku hingga produk siap jual dilakukan di dalam negeri. Direktur DID Budi Mulia menerangkan, pabrik berkapasitas penuh 1,5 juta unit akan beroperasi bertahap mulai akhir tahun ini. “Dengan seluruh persiapan yang telah dilakukan, kami berharap dapat segera memperkenalkan AC Daikin buatan Indonesia bagi masyarakat luas pada pertengahan tahun 2025 nanti,” ujar dia dalam Peresmian Pabrik Daikin, di Cikarang, Jawa Barat. Kamis (12/12/2024). Budi menambahkan, fasilitas produksi yang berdiri di atas lahan seluas 20 ha ini telah memenuhi berbagai persyaratan seperti TKDN, Standar Nasional Indonesia (SN1), dan Sertifikat Hemat Energi (SHE). “Seturut dengan komitmen Daikin pada program TKDN, dengan keberadaan pabrik ini. kami menetapkan target untuk mencapai tingkat TKDN hingga lebih dari 40% di tahun 2025 nanti. Tetapi secara bertahap komponen lokal produk AC Daikin akan ditingkatkan hingga 60%.’ ucap dia.
Pabrik yang baru diresmikan tersebut akan menyerap tenaga kerja sebanyak 2.500 pekerja. Daikin juga berencana untuk pengembangan di 2028, untuk penambahan dari residensial dan komersial. Pabrik yang akan dibangun mulai 2028 akan memproduksi AC rumah tangga dan untuk industri. ‘Total kita akan menambah tenaga kerja lagi 1.000 pekerja,” kata Budi. Adapun, pabrik AC full scale pertama di Indonesia ini dibangun di atas lahan seluas 47.000 meter persegi. Dia merinci, untuk produksi pertamanya akan dimulai Desember ini sebanyak 2.000 unit, kemudian pada 2025 akan mencapai 1 juta set produksi, dan pada 2026 kapasitas produksi mencapai total 1,5 juta set. Untuk saat ini, pihaknya masih fokus untuk memenuhi kebutuhan AC 0,5 PK – 3 PK di Indonesia. “Ekspor juga kita mempunyai rencana di tahun 2027, salah satu negara yang kita akan ekspor adalah ke Filipina,” jelas Budi. Presiden Direktur DIID Khamhaeng Boonthavee mengatakan, pabrik yang mulai dibangun pada Desember 2022 ini dirancang untuk memenuhi standar kualitas Daikin Global di
Jepang, dengan mengintegrasikan pengalaman 100 tahun Daikin dalam industri tata udara dan keahlian dari tenaga kerja dalam negeri. ‘Sebagai pabrik AC skala penuh pertama, seluruh proses produksi, mulai dari pemilihan dan pengolahan bahan baku hingga produk siap jual dilakukan di Indonesia. Setiap tahap tersebut akan diawasi dan dijalankan sesuai dengan standar DAIKIN Global di Jepang untuk memastikan kualitas terbaik yang memenuhi kebutuhan konsumen kami di Indonesia,” ujar Boonthavee.
Dukung Perkembangan Manufaktur
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menerangkan, pembangunan pabrik skala penuh Daikin merupakan wujud nyata sinergi positif antara sektor swasta dan pemerintah dalam mencapai tujuan bersama, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja. “Sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar manufaktur global,” kata dia. Faisol menambahkan, pihaknya turut menyoroti upaya pemenuhan komitmen Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang dilakukan Daikin. ‘Kami berharap langkah Daikin dapat menginspirasi perusahaan lain untuk berkontribusi dalam menciptakan industri yang lebih kuat dan berkelanjutan,” ucap dia. Satu hal yang menarik dari produk AC adalah adanya instrumen regulasi tentang penerapan SNI secara wajib yang diatur melalui Permenperin No 34 Tahun 2013 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Pendingin Ruangan, Lemari Pendingin, dan Mesin Cuci Secara Wajib.
“Hal ini diterapkan dengan tujuan meningkatkan kualitas produk, memperkuat daya saing industri, serta mengurangi ketergantungan pada produk impor,” kata Wamenperin. Dalam kesempatan yang sama, Direktur Industri Elektronika dan Telematika (IET) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Priyadi Arie Nugroho mengatakan, kebutuhan AC di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dalam catatannya, produksi AC pada 2021 hanya mencapai 1,3 juta unit. Namun, tahun ini produksi mencapai 5,3 juta unit karena permintaan yang meningkat. “Otomatis itu juga akan ada demand baru ya. akan ada demand baru terkait dengan AC dan kami juga ini merupakan suatu peluang, peluang bagi industri di dalam negeri untuk bisa mengisi pasar AC di dalam negeri. Kami juga terus mendorong industri untuk melakukan pendalaman struk.
Banjir Minat
Faisol mengatakan, pemerintah kebanjiran minat investasi asing yang ingin membangun industri di Indonesia. Minat investasi yang masuk saat ini datang dari berbagai sektor industri, mulai dari tekstil, otomotif hingga industri logam. Dia meyakini bahwa Indonesia masih menjadi lokasi potensial untuk pengembangan industri. “Kami justru hari ini merasa sangat sibuk karena begitu banyak pihak yang ingin mengembangkan industri di Indonesia, terutama beberapa investor dari luar,” kata Wamenperin. Sayangnya, dia tidak memberikan detail lebih lanjut terkait potensi nilai investasi yang akan masuk. Kendati demikian, dengan kondisi investor yang berbondong-bondong masuk ke Indonesia menunjukkan bahwa proses investasi di Tanah Air tidak sulit. “Ini sangat bagus situasinya, tinggal apakah kita bisa cepat menangkap peluang ini. Ada pembicaraan tapi belum sampai komitmen baru pembicaraan awal,” ucap Faisol. Di samping itu, dia pun menilai bahwa kepercayaan global terhadap Indonesia juga dipengaruhi kondisi geopolitik hingga hubungan perang dagang antara China dan Amerika yang dinilai makin sulit untuk diperbaiki.
“Ada beberapa perusahaan mencari lokasi di negara-negara lain, termasuk di Indonesia tetapi banyak perusahaan yang sekarang berkomitmen untuk bisa masuk menjadi bagian dari industri,” tutur politisi dan PKB ini. Wamenperin mengungkapkan, untuk menggairahkan dan memikat investor, pemerintah juga tengah menyiapkan paket-paket insentif untuk investasi baru yang berkomitmen menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Paket kebijakan stimulus tersebut masih dibicarakan oleh sejumlah kementerian/lembaga (k/1) di bawah Kementerian Koordinator Perekonomian. Dia menuturkan dalam waktu dekat insentif tersebut akan disampaikan ke publik. Faisol menerangkan, Daikin mampu berkomitmen untuk mengembangkan industri berkelanjutan dengan memanfaatkan EBT dan secara bertahap memaksimalkan energi panel surya untuk operasional pabrik.
Nama Media: Investor Daily
Narasumber: Direktur DIID Budi Mulia,Presiden Direktur DIID Khamhaeng Boon Thavee, Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza