Skip to content
  • Why Indonesia
  • Project Opportunities
    • Infrastructure
    • Energy
    • Special Economic Zone
    • Healthcare
    • Tourism
    • Industrial Estates
  • Services
    • Service
    • Our team
    • Letter of Reference
  • Procedure
    • Setting Up Company​
    • Taxation
    • Incentives
    • Foreign Company Representative Office
    • Legal Overview
  • Contact Us
  • Why Indonesia
  • Project Opportunities
    • Infrastructure
    • Energy
    • Special Economic Zone
    • Healthcare
    • Tourism
    • Industrial Estates
  • Services
    • Service
    • Our team
    • Letter of Reference
  • Procedure
    • Setting Up Company​
    • Taxation
    • Incentives
    • Foreign Company Representative Office
    • Legal Overview
  • Contact Us
Instagram Linkedin

Iklim Investasi Kondusif Dorong Penyerapan Naker

  • itskena
  • September 17, 2024
  • 7:14 am
Facebook
Twitter
LinkedIn

Iklim inves­tasi yang kondusif akan mendo­rong investasi masuk dan menye­rap tenaga kerja (naker). Adapun target investasi sejak tahun 2019 hingga 2023 selalu berhasil direalisasikan oleh pemerintah. Namun, realisasi investasi yang tinggi tersebut belum diimbangi dengan penyerapan tenaga kerja yang optimal. Adapun rasio atau perbanding­an antara penyerapan tenaga kerja dan nilai investasi, makin kecil setiap ganti tahun. Berdasar­kan data Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada 2013, setiap Rp 1 triliun investasi masih bisa menyerap sampai 4.594 tenaga kerja. Dari waktu ke waktu, jum­lah itu terus turun. Pada 2016, Rp 1 triliun investasi hanya bisa menyerap 2.272 orang dan pada 2019, investasi Rp 1 triliun hanya mampu menyerap 1.277 orang. Penyusutan terus berlanjut sampai tahun 2022, yakni dari Rp 1 triliun investasi tercatat hanya mampu menyerap tenaga kerja 1.081 orang. Setahun kemudian, pada 2023, mengalami sedikit perbaikan di mana dari Rp 1 tri­liun investasi, bisa menciptakan lapangan kerja untuk 1.285 orang. Namun, angka ini pun hanya seki­tar seperempat dari angka tenaga kerja yang diserap sepuluh tahun sebelumnya.

Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menjelas­kan, agar setiap investasi mampu menyerap tenaga secara lebih maksimal maka perlu diwujudkan iklim investasi yang baik, sehing­ga investor yang mencari efisiensi (efficiency seeker) tertarik untuk masuk. “Mereka biasanya masuk de­ngan membawa teknologi, skill, dan human Capital yang berku­alitas. Jika tidak, maka mereka akan fokus berinvestasi di negara lain seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, bahkan Kamboja. Akhirnya, yang akan ke Indonesia hanyalah para resources seeker, atau pencari sumber daya alam (SDA) saja. Intinya, deindustrialisasi harus dihentikan, industrialisasi harus digelorakan lagi,” kata dia kepada Investor Daily, baru-baru ini. Sektor-sektor yang harus dido­rong oleh pemerintah untuk men­ciptakan lebih banyak lapangan kerja, menurut dia, seperti sektor yang merupakan kantung kemis­kinan, sektor yang menciptakan lapangan kerja, dan sektor yang mempunyai daya saing. Dalam konteks ini, sektor pertanian per­lu didongkrak produktivitasnya dan didorong menuju agroindustry, demikian juga perikanan dan peternakan tertentu.

“Sektor manufaktur perlu diberi prioritas, insentif pajak, dan diindarkan dari ekonomi biaya tinggi. Kita masih punya peluang besar di industri yang merupakan turunan produk SDA kita (nikel, tembaga, CPO, dan kayu). Sektor industri kreatif dan pariwisata berpotensi, dan efektif untuk mengembang­kan ekonomi berbagai daerah. Sektor otomotif dan EV masih berpotensi besar,” jelas dia. Sektor perumahan, selain untuk mengurangi backlog rumah, jelas dia, juga mempunyai impak terha­dap 140-an sektor dan sub-sektor lain, menciptakan lapangan kerja skilled and unskilled, serta me­manfaatkan produk dengan local content tinggi. Wijayanto juga menjelaskan, penyebab rasio penyerapan tenaga kerja atas realisasi terus menurun disebabkan oleh beberapa hal. Per­tama, investasi yang dilaksanakan lebih berorientasi padat modal, bukan padat karya. Hal ini contoh­nya adalah IKN, kereta cepat, jalan tol yang tidak menghubungkan sentra-sentra ekonomi, investasi sektor pertambangan dan mineral, properti kelas atas.

  • All Posts
  • Event
  • Newsletter
Realisasi Investasi Tembus Rp 6 Triliun

Realisasi Investasi Tembus Rp 6 Triliun

Iklim investasi di Kota Tangsel menunjukkan tren positif. Saat ini, capaian realisasi investasi sudah di angka Rp 6 triliun. “Hampir...

Perjanjian Internasional Buka Jalan Investasi ke Indonesia

Perjanjian Internasional Buka Jalan Investasi ke Indonesia

Perjanjian investasi internasional juga tak selalu mulus untuk dijalankan. Apalagi kondisi perekonomian global bersifat dinamis. Kepemimpinan Indonesia dalam Presidensi G-20...

DPMPTSP Jabar Realisasikan Target Sejuta NIB untuk UMKM di 2024

DPMPTSP Jabar Realisasikan Target Sejuta NIB untuk UMKM di 2024

Bandung-Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Barat berhasil merealisasikan target sejuta Nomor Induk Berusaha (NIB),...

About Us

  • Why Invest In Indonesia

Investment Guidebook

Download Here

Project Opportunities

  • Infrastructure
  • Energy
  • Healthcare​
  • Tourism
  • Special Economic Zone​
  • Industrial Estate

Procedure

  • Setting Up Company​
  • Taxation
  • Incentives
  • Foreign Company Representative Office
  • Legal Overview

Contact Info

  • Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC) London
  • Ministry of Investment of the Republic Indonesia - Investment Coordinating Board (BKPM)
  • +44 (0) 3440 3830
  • [email protected]
  • 19th Floor, Heron Tower, 110 Bishopsgate, London EC2N 4AY, United Kingdom
  • Why Indonesia
  • Project Opportunities
    • Infrastructure
    • Energy
    • Special Economic Zone
    • Healthcare
    • Tourism
    • Industrial Estates
  • Services
    • Service
    • Our team
    • Letter of Reference
  • Procedure
    • Setting Up Company​
    • Taxation
    • Incentives
    • Foreign Company Representative Office
    • Legal Overview
  • Contact Us
  1. Anambas
  2. Bandung
  3. Bangka
  4. Banyuwangi
  5. Bengkulu
  6. Blitar
  7. Blora
  8. Bogor
  9. Bonoi Tidal River Bore
  10. Bugam Raya
  11. Bulukumba
  12. Cianjur
  13. Donggala
  14. Garut
  15. Gresik
  16. Gunung Kidul
  17. Gunung Sitoli
  18. Jambi
  19. Kerinci
  20. Kulon Progo
  21. Magelang
  22. Malang
  23. Medana
  24. Merangin
  25. Mojokerto
  26. Muara Enim
  27. Nias Utara
  28. Pagar Alam
  29. Palembang
  30. Palu
  31. Pangandaran
  32. Pasuruan
  33. Pekanbaru
  34. Pesisir Selatan
  35. Pontianak
  36. Rembang
  37. Rote Island
  38. Rupat Island
  39. Sabang Weh Island
  40. Samosir
  41. Sanggau
  42. Saumlaki
  43. Selayar Island
  44. Selayar
  45. Semarang
  46. Serang
  47. Singkawang
  48. Sleman
  49. Sukabumi
  50. Sumenep
  51. Sungai Penuh
  52. Tasikmalaya
  53. Toba Samosir
  54. Trenggalek
  55. Wakatobi
  56. Wonogiri
  1. Wakatobi
  2. Tanjung Lesung
  3. Morotai
  4. Mandalika
  5. Labuan Bajo
  6. Kepulauan Seribu dan Kota Tua
  7. Bromo
  8. Borobudur
  9. Lake Toba
  10. Tanjung Kelayang