Presiden terpilih Prabowo Subianto membidik pertumbuhan ekonomi yang cukup ambisius yakni 8% pada tahun ketiga menjabat atau pada 2028. Hal ini akan dilakukan dengan mendongkrak kinerja investasi.
Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Laode M Kamaluddin menyampaikan, bila Indonesia ingin mencapai pertumbuhan 6%-8% dan akan keluar dari negara middle income trap, maka investasi harus didorong.
“Rasio investasi terhadap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) harus mencapai sekitar 40,6%,” kata Laode dalam agenda, Kamis (29/8).
Adapun saat ini, investasi berkontribusi sekitar 30% terhadap produk domestik bruto (PDB) RI.
Selain itu, lajut Laode, pemerintahan Prabowo akan fokus pada investasi hijau, yang diharapkan bisa mencapai target pengurangan karbon 30%. Juga, mengerek investasi asing langsung di tengah keterbatasan pendanaan domestik, serta membangun industri berbasis ekspor dengan memperkuat rupiah terhadap kurs asing. Adapun beberapa strategi yang disiapkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di antaranya investasi asing akan disalurkan untuk membangun artificial intelligence data center, pembangunan carbon capture and storage (CCS), hilirisasi nikel, timah, tembaga dan bauksit, serta pembangunan Ibu Kota Nusantara.
Dari sisi penguatan industri dalam negeri, akan dilakukan dengan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT), pengembangan proyek tanggul laut, serta penguatan food estate. Juga penguatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui program makan bergizi gratis, renovasi rumah dan sekolah, pengembangan infrastruktur serta hilirisasi pangan.
Namun untuk mencapai target itu tidak mudah. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 10 tahun terakhir mandek di 5%. Berdasarkan hasil perhitungan Staf Ahli Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Raden Pardede, bila pertumbuhan ekonomi dibidik 8% pada 2029, maka rasio investasi business as usual (BaU) harus mencapai 45,1% dari PDB. Artinya pemerintah perlu meningkatkan rasio investasi sekitar 16,9% dari PDB, dibandingkan skenario pertumbuan ekonomi 5% dengan rasio investasi BaU 28,2%.
Meski begitu, menurut Raden, pertumbuhan ekonomi 7% sudah cukup untuk menjadi negara maju, asalkan tidak terjadi krisis. Sehingga rasio investasi BaU hanya dibutuhkan 39,5% PDB, atau butuh dikerek sebesar 11,2% dari PDB. Selain memperbesar kontribusi investasi, pemerintah perlu meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan capital (modal) untuk mewujudkan target itu.
Sumber :
Kontan