Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan 28 komoditas unggulan Indonesia mampu menghadirkan potensi ekonomi mencapai 618 miliar dolar AS serta potensi nilai ekspor mencapai nilai ekspor 857,9 miliar dolar AS.
SURABAYA PAGI, Jakarta – Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengatakan 28 komoditas unggulan Indonesia mampu menghadirkan potensi ekonomi mencapai 618 miliar dolar AS serta potensi nilai ekspor mencapai nilai ekspor 857,9 miliar dolar AS.
“Dan kita lihat adalah kontribusi yang dibutuhkan sangat besar hingga 2040 angkanya sudah ada adalah 618 miliar dolar AS, dengan angka kontribusi pada peningkatan PDB sebesar 235,9 miliar dolar AS,” kata Rosan dalam Rapat Koordinasi Investasi Nasional yang digelar di Jakarta, Rabu (11/12).
Rosan menjelaskan 28 komoditas strategis dari delapan sektor utama meliputi mineral, batu bara, minyak bumi dan gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan dan kehutanan. Yang secara rinci terdiri dari komoditas mineral dan batubara meliputi batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, emas perak, aspal buton, pasir silika, mangan, kobalt dan logam tanah jarang. Disusul sektor minyak dan gas bumi.
Komoditas perkebunan berupa kelapa sawit, kelapa, karet, biofuel, coklat dan pala. Sektor kehutanan meliputi kayu balok, getah pinus. Sektor perikanan meliputi udang, ikan tuna; cakalang dan tongkol (TCT), tilapia serta rajungan, sementara sektor kelautan yakni rumput laut dan garam.
Ia menjelaskan bahwa pemerintah selama ini memang menggarap hilirisasi komoditas mineral, namun ke depan di sektor lain yang meliputi perkebunan, pertanian dan kelautan dan perikanan akan turut dikembangkan lebih jauh. Dengan pengembangan sejumlah komoditas itu maka diproyeksikan mampu menghadirkan sekitar 3 juta lebih lapangan kerja baru.
Dalam paparannya, Rosan mengusulkan rekomendasi kebijakan pendukung hilirisasi yang dapat dilakukan pada sejumlah bidang yakni perdagangan lewat penerapan bea keluar untuk komoditas mentah produk, menyepakati perjanjian datang dengan pasar utama ekspor produk hilir.
Bidang insentif fiskal tambahan untuk hilirisasi meliputi subsidi berbasis produksi di hilir dan pemotongan PPN untuk produk hilir.
Bidang pembiayaan untuk investasi hilir domestik dengan rekomendasi Himbara memprioritaskan pemberian kredit kepada investor dalam negeri dengan relaksasi syarat equity. Selain itu juga mempromosikan kepada investor global untuk produk hilir.
Hal lain yakni penguasaan teknologi pemain di hilir domestik dengan melakukan kolaborasi riset antara pemerintah (BRIN), perguruan tinggi hingga swasta. Ia juga menyoroti perlunya harmonisasi penguatan implementasi regulasi terkait hilirisasi.
Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Kementerian Investasi dan Hilirisasi Nurul Ichwan mengatakan satu di antara sejumlah tantangan dalam menarik modal asing masuk ke tanah air adalah kurangnya penelitian dan pengembangan.
Kelemahan Indonesia dalam aspek penelitian dan pengembangan itu terkait dengan kapasitas sumber daya manusia, yang kemudian berdampak pada kualitas dan kuantitas teknologi, khususnya yang diperlukan untuk hilirisasi.
“Tidak cukup dengan menyebut Indonesia berlimpah sumber daya alam, namun kita harus mempertanyakan juga soal kapasitas SDM untuk memprosesnya melalui hilirisasi,” kata Ichwan.
Karena itulah, Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, dengan target capaian pertumbuhan ekonomi 8 persen, akan memfokuskan peningkatan riset dan pengembangan. Caranya dengan memanfaatkan penelitian yang banyak dijalankan oleh akademisi di universitas.
Nama Media:Surabaya Pagi
Narasumber: Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani